Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya dengan mengatakan: "Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak sirna?" QSThaha, 20:120.///////////
Setan adalah musuh yang sangat berbahaya. Allah Taala memperingatkan agar berhati-hati terhadap setan dan tipu dayanya. Di antara cara setan untuk menyesatkan manusia ialah dengan menamai sesuatu yang dilarang oleh Allah dengan nama yang menarik sehingga manusia tertipu. Bayangkan saja Nabi Adam as, yang diperingati langsung oleh Allah agar jangan sekali-kali mendekati sebatang pohon dalam surga karena akan berakibat fatal bagi yang memakan buahnya.
Namun ternyata, setan tahu betul kelemahan manusia yang gampang lupa dan mudah tertarik kepada iming-iming indah. Pohon yang dilarang oleh Allah untuk didekati disebut oleh setan sebagai pohon khuldi, yaitu pohon yang apabila dimakan buahnya maka seseorang akan kekal dalam kenikmatan dan kerajaan surga. Bahkan ditambah dengan upaya lain yaitu dengan sumpah QS Al-A’raf,7: 21. Akhirnya Adam dan Hawa memakan buah pohon itu sehingga keduanya dikeluarkan dari surga.
Tanggal 14 Februari dinamai Valentine Day atau hari kasih saying, yaitu hari penyampaian atau pernyataan kasih sayang. Sebagian kaum muslimin terutama remaja, ikut-ikutan merayakan atau melakukan kegiatan yang berkaitan Hari Valentine itu. Apalagi namanya "hari kasih saying". Bukankah kasih sayang itu dianjurkan dalam Islam? Bahkan di dalam hadis disebutkan "Sayangilah yang ada di bumi niscaya kamu akan disayangi oleh Yang Ada di langit. Mengasihi binatangpun berpahala apalagi kepada sesama manusia.
Yang menjadi persoalan ialah jika masyarakat menambah lagi satu hari raya yang dikhususkan sebagai hari kasih sayang. Usut punya usut, ternyata perayaan ini berasal dari agama lain, dan isinya, biasanya berbau maksiat. Hubungan antara pria dan wanita yang bukan muhrim ada batasannya dalam Islam. Di hari Valentine, hal itu menjadi longgar, saling bermesraan, berdua-duaan dan tidak tertutup kemungkinan berbuat zina yang diharamkan.
Jika diperhatikan, Valentine Day ada kesamaannya dengan pohon khuldi, sesuatu yang dilarang, namun diberi nama yang menarik untuk mengelabui. Oleh karena itu, para ulama melarang kaum muslimin untuk ikut-ikutan merayakan dan mengikuti kegiatan Valentine Day seperti saling bertukaran hadiah, bunga, memakai baju khas Valentine Day, apalagi jika melakukan perbuatan maksiat di dalamnya.
Bagai Bunga-bunga
Penulis Jendela Langit, setelah menerangkan adanya keanekaragaman di kalangan kaum muslimin seperti adanya NU, Muhammadiyah, Sunni, Syiah dan Ahmadiyah mengatakan: "Semoga semua itu merupakan bunga-bunga yang jika dirangkai akan enak di pandang dan jika berjejaring akan menjadi sumber kebajikan bagi segenap alam. Alhamdulillah, keanekaragaman sebagai ajaran kitab suci, terbukti dalam sejarah dan disikapi secara positif oleh mereka yang berpendidikan."
Dalam pernyataan ini, ada beberapa hal yang perlu diluruskan, seperti menyamakan antara NU, Muhammadiyah dengan Sunni, Syiah dan Ahmadiyah. Jelas NU dan Muhammadiyah hanya berbeda dalam hal furuiyyah (cabang dan ranting agama), sedangkan antara Sunni dan Syiah atau Ahmadiyah, perbedaannya dalam masalah ushuliyyah (pokok-pokok agama). Ahmadiyah mengakui ada Nabi setelah Nabi Muhammad saw yang bernama Mirza Ghulam Ahmad, sehingga mereka menamai kelompoknya dengan Ahmadiyah.
Sementara itu, Syiah tidak mengakui Abu Bakar ra, Umar ra, dan Usman ra sebagai khalifah, bahkan menganggap mereka berkhianat karena merampas hak Ali ra sebagai khalifah sesudah Rasulullah saw. Golongan ini juga menganggap seluruh sahabat Rasulullah telah murtad dan telah mengubah agama kecuali beberapa orang dari para sahabat Rasulullah yang bisa dihitung jari.
Maka MUI dalam rapat kerja Nasional Maret 1984, merekomendasikan tentang paham Syiah sebagai salah satu paham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan–perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah wal Jamaah) yang dianut oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Oleh karena itu, MUI mengimbau umat Islam Indonesia agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya pemahaman yang didasarkan atas ajaran Syiah. (Himpunan fatwa MUI: 95)
Ketua MUI KH Hasan Basri dalam sambutannya pada Seminar Nasional tentang Syiah (21-9-1997 di Aula Masjid Istiqlal Jakarta) menyatakan "Saya berdialog dengan beliau (Bapak Ismail Shaleh, menteri kehakiman), saya katakan: Pak Menteri, Ahmadiyah ini buat umat Islam menjadi duri dalam daging" dan beliau juga menyatakan: "Kalau dari segi ajaran bahaya Syiah melebihi ekstasi dan narkotik, sebab dia meracuni aqidah. Kalau ekstasi dan narkotik dia meracuni fisik, fisik manusia, tapi kalau aqidah diracuni, itu sangat berbahaya sekali bagi manusia" (Kenapa Kita Menolak Syiah, LPPI, hal xxx,xxxi).
Jadi kalau kaum muslimin yang dipelopori ulamanya telah menegaskan sikapnya terhadap Ahmadiyah dan Syiah serta menganjurkan kaum muslimin menjauhkan diri dari bahaya keduanya, lalu penulis Jendela Langit, menganggapnya sebagai "Bunga-bunga yang indah dipandang dan bisa menjadi sumber kebajikan", maka sikap ini identik dengan sikap yang menamai pohon terlarang sebagai pohon khuldi.
Lagi-lagi keanehan Jendela Langit ialah ungkapannya yang mencampurbaurkan kebenaran dengan kebatilan dan menyembunyikan kebenaran, yang merupakan ciri khas ulama Yahudi yang dilarang dalam QS Al-Baqarah,2: 42. Ia menulis "Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin pada zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin bukan Sunni atau Syiah atau Ahmadiyah sebagai yang dipahami sekarang." Padahal yang dimaksud Sunni itu adalah pengikut golongan Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu golongan yang berkomitmen berpegang teguh kepada Sunnah Nabi saw (apalagi terhadap Alquran) dan ikut kepada jemaah Sahabat dan salafusshaleh yang diakui selamat oleh Nabi saw sesuai sabdanya: "(Golongan yang selamat) ialah yang mengikuti Sunnahku dan Sunnah para sahabatku".
Kalau demikan, memang Nabi Muhammad saw yang menyuruh kita menjadi Sunni. Maka semestinya, kita semua adalah Sunni supaya selamat, tidak menjadi Syiah yang menganggap para sahabat telah membuat agama baru sepeninggal Rasulullah saw (tausiyah Prof Dr Jalaluddin Rakhmat, dalam acara Peringatan 40 Hari Asyura di gedung IMMIM, 5 Februari 2010), serta tidak menjadi Ahmadiyah yang telah ditetapkan oleh pemerintah Pakistan sebagai golongan minoritas non-muslim (Ahmadiyah Menodai Islam, LPPI, hal 133).
Maka kalaupun golongan –golongan tersebut diumpamakan sebagai bunga, seharusnya Jendela Langit dengan jujur mengatakan: "Bagai bunga-bunga yang indah tapi harus diwaspadai, karena di antaranya ada bunga yang asli, yang bermanfaat dan bisa jadi obat, dan adapula bunga yang berbahaya karena beracun dan berkuman." Yang asli dan bermanfaat ialah bunga yang tumbuh di taman Ahlussunnah wal Jamaah dan yang berbahaya ialah yang tumbuh di tempat selainnya. Akhirnya kita berharap semoga Allah membuka mata hati kita agar dapat membedakan yang haq dan yang batil.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar